Senin, 22 September 2014

KAJIAN AL-QUR'AN SURAT AL-ANKABUT AYAT 69



YAKIN BERJUANG, ALLAH MEMBERI JALAN
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّـهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٦٩
" Adapun orang-orang yang berjuang (bersungguh-sungguh) di dalam urusanKu maka pasti akan Aku ( Allah ) tunjukkan jalanKu pada mereka, sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik". (QS. al-Ankabut: 69)
Hidup untuk berjuang adalah keniscayaan. Siapapun yang tidak berjuang sebenarnya dia telah mati sebelum datang kematian sesungguhnya. Berjuang berarti mencurahkan segala kemampuan dan tenaga untuk meraih kemenangan saat menghadapi lawan. Mencurahkan semua kemampuan pikiran, ucapan, perbuatan, harta dan nyawa. Raghib al-Isfahani membagi lawan yang harus dihadapi oleh manusia menjadi tiga. Yaitu berjuang melawan musuh yang tampak oleh panca indera, berjuang melawan godaan syetan yang tidak tampak, dan berjuang melawan hawa nafsu yang ada dalam diri manusia sendiri.
Sebelum berjuang seseorang harus meluruskan niat dan selalu memperbarui niat. Dia harus berpikir dan bertanya, ‘berjuang dalam urusan apa dan untuk siapa?’ Jika berjuang dalam urusan Allah dan untuk Allah, maka inilah makna perjuangan sesungguhnya. Inilah makna perjuangan yang dijanjikan oleh Allah akan ditunjukkan pada jalan kemenangan dan kebahagiaan seperti ayat di atas. Seorang mahasiswa yang meninggalkan rumah untuk menuntut ilmu Allah.  Dia giat mencari informasi, mengkaji dan menyelesaikan permasalahan, tidak membeda-bedakan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Dia berkerja keras membuat penelitian dan suatu saat mengabdikan dirinya menjadi guru profesional untuk masyarakat dan bangsa Indonesia termasuk pejuang.
Pejuang juga harus berkorban. Mengkorbankan waktu, tenaga, harta benda, keluarga, bahkan nyawa semata demi meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Allah pasti akan menepati janji-Nya kepada orang-orang yang benar-benar berjuang dan berkorban. Seorang suami yang gigih melawan pencuri yang masuk ke dalam rumah guna menjaga keluarga dan harta bendanya termasuk pejuang. Seorang wanita yang mempertahankan kesucian dirinya dari lelaki jahat termasuk pejuang. Seseorang yang berbuat baik dan memberi manfaat untuk orang lain karena Allah juga termasuk pejuang.  Orang yang selalu berbuat baik termasuk yang dijanjikan oleh Allah meraih petunjuk jalan kemenangan dan kebahagiaan. Itulah salah satu rahasia Allah menutup ayat tersebut dengan menjanjikan ‘ma’iyyah Allah’ (kebersamaan Allah) kepada orang-orang yang berbuat baik. JIka Allah telah bersamanya, mencintai dan melindunginya, maka adakah yang bisa mengalahkan? Pasti tidak ada. Dan umat Islam harus yakin akan janji itu. Tidak salah jika dikatakan jihad (perjuangan) adalah pengorbanan.  Sang pejuang tidak menuntut untuk diberi, tetapi memberikan yang terbaik dari semua yang dimiliki.
Pejuang akan menjadi karakter kuat dan akhlak mulia pada diri seseorang jika dilakukan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung, serta dilakukan secara terus menerus. Sebagaimana definisi akhlak menurut Imam al-Ghazali dan al-Jurjani bahwa akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung. Jika sifat tersebut melahirkan perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syariat dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak baik. Sedangkan jika darinya terlahir pebuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak buruk.
Namun Jika ada orang yang berjuang hanya untuk kepentingan diri dan kelompoknya, berjuang untuk memecah belah umat dengan kata-kata dan tulisan, atau berjuang untuk kepentingan dunia yang sesaat, maka ini termasuk perbuatan sia-sia. Bukan petunjuk jalan kebahagiaan yang didapat, tapi kehinaan dan dosa. Bahkan Allah mensifatinya lebih jelek dari binatang jika selalu memperturuti godaan syetan dan hawa nafsunya. Jadi teringat kisah petani yang berpikir pendek dan tidak punya belas kasihan pada binatang dengan seekor keledai yang cerdas dan pejuang.
Diceritakan pada suatu hari, keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur dekat rumah. Hewan itu menangis memilukan selama berjam-jam, sementara si petani sibuk memikirkan langkah apa yang harus dilakukan. Si petani akhirnya mengambil keputusan dramatis. Dengan alasan keledai itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun ( di tutup karena berbahaya ), jadi tak ada gunanya berbelas kasihan dan menolong keledai. Malah dia mengajak para tetangga rumah untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, keledai menyadari apa yang sedang terjadi dan dia menangis penuh kesedihan. Tapi kemudian semua orang takjub karena keledai menjadi diam justru setelah mereka bermaksud menguburnya hidup-hidup. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani dan tetangganya melihat ke dalam sumur. Mereka tercengang dengan apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus tertimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Dia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu keledai menaiki tanah itu.
Sementara para tetangga si petani terus menuangkan tanah ke atas punggung hewan itu dan keledai terus mengguncang-guncangkan badannya lalu melangkah naik. Setapak demi setapak. Segera saja, semua orang terpesona ketika keledai meloncat ke tepi sumur dan melarikan diri… !!!
Ini hanya sekedar kisah keledai dan petani. Tapi tampaknya mirip dengan keadaan hidup kita di dunia ini. Setiap masalah dari berbagai macam masalah yang menimpa diri kita merupakan satu pijakan untuk terus melangkah. Kita dapat keluar dari masalah yang sangat berat dengan terus berjuang dan pantang menyerah. Yakinlah bahwa Allah selalu bersama kita dan selalu memberi petunjuk jalan kemenangan dan kebahagiaan jika kita selalu berjuang pada jalan-Nya.

3 komentar:

  1. سبلنا berarti jalan Kami.
    Maksud ''Kami''disini berarti apa?
    Sedangkan Allah itu maha Esa

    Mohon bantuannya🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami disitu maksudnya mutakallim mu'adzam nafsah(untuk mengagungkan pribadi) dan ini sangat layak untuk Allah. Kami dengan segala sifatnya yang baik, dengan kekuasaanya yang tiada tara. Kalau bahasa kita " kami aja lah" Padahal hanya seorang. Mudah-mudahan ada komentar lain yang lebih bisa memahamkan dan barakah kepada kita. Amin

      Hapus