Rabu, 04 Maret 2009

Otak rusak karena pornografi paling sulit disembuhkan

Pornografi dan pornoaksi menjadi virus yang lebih ganas dari HIV/AIDS sendiri. Lebih-lebih di Surabaya, jika dahulu kira-kira dua tahun lalu penyebaran penyakit HIV/AIDS melalui jarum suntik narkoba lebih banyak daripada melalui hubungan seks. Tapi baru-baru ini penyebaran virus tsb lebih banyak karena hubungan seks. Hal ini di antaranya karena banyak orang trermasuk para remaja yang melakukan hubungan seks disebabkan terobsesi oleh pornografi dan pornoaksi.
Pornografi menyebabkan otak rusak dan paling sulit untuk disembuhkan. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli bedah syaraf dari San Antonio, Donald Hilton Jr MD. Dalam diskusi nenahani kedahsyatan kerusakan otak akibat kecanduan pornografi dan narkoba dari tinjauan kesehatan di Departemen Kesehatan. Menurutnya, sejatinya semua kecanduan (adiktif) berpengaruh terhadap kerusakan otak. misalnya kecanduan makanan (obesitas), judi, narkoba, dan pornografi. hanya tingkat kerusakan otak akibat kecanduan pornografi dinilai paling tinggi. jika dibiarkan, hal ini bisa mengakibatkan penyusutan (pengecilan) otak. ujung-ujungnya berakhir pada kerusakan otak yang pengobatan membutuhkan waktu yang lebih lama tergantung intensitas pengobatannya. lebih lanjut menurutnya, ada perbedaan antara otak yang sudah kecanduan dan yang tidak. otak yang terlanjur kecanduan memiliki mekanisme kontrol yang kecil terhadap rangsangan. Sebaliknya otak yang belum kecanduan masih meiliki kontrol yang besar untuk mencegah perintah agar tidak kecanduan. "sehingga masih bisa distop", cetusnya. Kecanduan pornografi mencadi yang tersulit melebihi kecanduan obat. hal ini lantaran masukan itu hanya datang satu arah atau tanpa melalui diskusi maupun saringan dari orang tua, anak cendearung menerima informasi tersebut secara mentah. Di AS , 10% anak muda mengakses situs pornografi.
Menurut para ulama lebih dari itu. Orang yang kecanduan pornografi akan terus terobsesi untuk melakukan hubungan seks. jika ia tidak bisa maka ia akan melakukan masturbasi / onani secara berkelanjutan. Hal ini mengakibatkan lemahnya kemampuan otak untuk fokus dan konsentrasi terhadap pemahaman sesuatu. Bahkan bila dilakukan terus menerus maka akan menyebabkan kekurangan kekuatan daya tahan tubuh dan kurus.